paling sedih klo terus2an bongkar pasang, padahal secara kita orang Indonesia, terlalu bergantung terhadap jasa mereka.
bagusnya si emang sekeluarga mandiri, jadi g perlu bergantung ma pembantu, tp itu butuh peran seluruh keluarga. ya si ibu, bapak, dan nggak lupa si anak itu sendiri. liat aja orang bule yg disana menggunakan jasa pembantu adalah sesuatu yg mahal, so mereka harus mandiri.
Secara di daerah, g ada tempat penitipan anak (pa lagi di Duri) yg qualified, ... ya... mau nggak mau buat working parents butuh bgt jasa mereka..
Ini tips dari mama buat parents yg lagi bingung masalah pembantu / baby sitter :
- kalau mau cari dari yayasan, pastikan kebenaran yayasan tersebut. gimana pengaturan fee buat yayasan dan peraturan2 mengikat yang lain
- cek asal usul dari KTP, gimana pekerjaan dia di tempat yang dulu
- kenalin anak kita dengan calon pengasuhnya. bagaimana reaksinya
- kalau sudah sreg, ini ni yang paling penting. tegaskan pada dia, bahwa kita tidak hanya membayar pekerjaannya saja. tapi juga membayar kejujuran, loyalitas, dan perhatian dia terhadap tanggung jawabnya (anak, barang2, rumah). apabila memang dia bekerja dengan bagus, rapih, telaten dan jujur, selama kita mampu kita akan berusaha memberikan penghargaan, seperti kenaikan gaji atau hadiah yg lain.
- perlakukan mereka seperti saudara sendiri, dengan asas saling membutuhkan.
- pastikan kebutuhan dasarnya terpenuhi, seperti makan, istirahat, mandi, tidur yang cukup.
- perjelas peraturan yang berlaku di rumah anda, seperti pola asuh yg anda inginkan, kapan dia bisa bertemu dengan teman2nya, dll
- pembantu / baby sitter remaja biasanya sedang suka sukanya main atau bahkan berpacaran. nasehatilah dia seperti anak sendiri, dan perjelas norma2 yang tidak boleh dilanggar.
- apabila satu rumah terdiri lebih dari 1 pembantu / baby sitter, maka majikan harus meminimalkan konflik yang bisa terjadi (kecemburuan gaji, pekerjaan, dan masalah hutang menghutang, dll)
Mbak Indri, yang betah ya... nanti mama bingung cari pengganti mbak indri